5 November 2015.
01.06 pagi.
Kuliahku seperti biasa dimulai dengan semester tujuh berkutat pada obsgyn, bedah, jiwa, anastesi, gigi dan mulut, kulit dan kelamin, bahasa inggris. Ya rutinitas sehari-hari ditambahkan dengan karya tulis ilmiahku.
Sebenarnya rutinitas ini memang wajib dijalankan untuk mahasiswa akhir untuk memenuhi syarat lulus S1. Namun, banyak hal-hal yang membuatku lelah. Aku ingin melepas rasa penatku melalui tulisan ini. Karena kupikir dengan tulisan, mungkin orang akan mengerti dan lebih memahami tentang cara menghargai orang seperti saya.
1. Aku mencoba melakukan sebuah wirausaha yang aku sendiri berawal dari coba-coba saja untuk memenuhi dana usaha kegiatan. Namun, masih saya teruskan sampai sekarang. Dari sini saya belajar bahwasannya sabar dan ikhlas itu gak boleh ada batasnya. Memang harus terlatih. Mengapa? Komplain sana-sini, caci maki an, marah-marahnya orang, apa pun itu yang membuat kita kesal sekalipun harus kita hadapi dengan hati yang tenang dan tetap sabar. Aku sadar bahwasannya profesiku nanti adalah seorang dokter yang wajib mengendalikan perasaanku. Bagaimanapun situasinya aku dituntut untuk tetap tenang dan sabar.
Suatu ketika aku mengecewakan orang yang biasa sudah berlangganan membeli suatu barang dari saya. Sebenarnya yang saya cari utamanya dari melakukan wirausaha ini adalah bagaimana caranya membuat pelanggan itu puas dan terlayani dengan baik. Untung itu urusan kedua. Kecewanya agak berbeda ketika anda tidak melayani dengan baik.
Saya umpamakan : Saya menjual sebuah pulpen berwarna biru. Saya hanya langsung mengangkat kardus berisi pulpen warna biru tersebut tanpa "cross check" terlebih dahulu apakah itu benar biru. Pada saat dibeli, ternyata pulpen tersebut berwarna merah. Tentu pelanggan saya pun kecewa dengan hal tersebut. Meminta ganti rugi.
Saya analogikan apabila profesi saya menuntut agar saya BENAR-BENAR Teliti dalam melakukan sesuatu baik sebelum, saat proses maupun setelahnya. Supaya, kedepannya pasien saya tersenyum dan sehat setelah berobat dengan saya. Amin :)
2. Bisa gak sih kita mengubah masa lalu? Jawabannya tentu saja tidak. Yang bisa kita lakukan hanyalah menjadikan masa lalu sebagai pelajaran agar masa depan kita jauh lebih baik dan tidak salah langkah lagi. Sejujurnya, yang paling saya tekankan mengapa saya? Mengapa saya harus melewati hal seperti ini? Kenapa orang lain dapat melewati hanya dengan sekali berhasil? Sedangkan saya harus berkali-kali? Lelahnya minta ampun tertuduh oleh masa lalu. Saya tidak pernah bermaksud untuk menyakiti siapa pun, mempermainkan siapa pun. Maaf saja apabila ada hal-hal yang secara tidak langsung menyakiti orang lain. Karena saya juga manusia. Saya masih ada salahnya.
Selalu orang-orang yang tidak tahu menahu soal urusan saya selalu menjelek-jelekkan saya. Padahal saya menjaga agar saya TIDAK PERNAH menjelek-jelekkan orang. Just please, buat semuanya, kalo semisal tidak tahu urusan orang lain secara detail, gak usah berkomentar yang aneh-aneh. Karena sakitnya bukan main. lelahnya bukan main. Hati-hati dalam berucap yang sekiranya menyinggung orang. Selama ini itu yang saya pegang teguh. Saya selalu mencoba diam dan tidak pernah menggubris apabila saya di jelek-jelekan oleh orang. Mengapa? Biarkan orang lain begitu, nanti juga capek sendiri. Jadi apapun yang kamu lakukan, kalo menurutmu itu yang ingin kamu lakuin, ya lakukan.
Lelah cuy kalo mikirin orang lain komentar tentang dirimu yang menjelek-jelekkan. Lakukan apapun yang ingin kamu lakukan. Tetap berani dan apa pun resiko yang dihadapi, jangan takut. Tetap berusaha tenang dan sabar serta ikhlas.
Orang kayak saya ini apakah masih bisa diberikan kesempatan? Biarkan waktu yang menjawab sembari saya melakukan perbaikan diri semoga menjadi manusia yang dapat mengelola apa pun masalah yang sedang dihadapi.
Mungkin Tuhan menginginkan saya untuk belajar dari semua proses kehidupan yang sedang saya jalani. Kedepannya, saya lebih mantap dalam melangkah dan mengambil keputusan.
Maaf karena akhir-akhir ini, saya sering mengalami hal ini. Saya tuangkan lewat tulisan ini.
Sekian
Terima kasih.
0 komentar :
Posting Komentar